Sekalipun kita berusaha bangkit dari tindihen dengan sekuat tenaga, kalau timingnya tidak tepat ya akan terasa berat. Banyak orang mengatakan kalau saat tidur kita ini tindihen belajarlah memusatkan pikiran kita pada gerakan-gerakan kecil, seperti menggerakkan jari atau membuka mata pelan-pelan. Sampai akhirnya kita tersadar dari tindihen itu, kita akan merasa lega dan lepas semuanya.
Apakah itu kerja saraf, otot atau bagian dari tubuh kita? Atau tindihen adalah fenomena kejenuhan tubuh dan alam fikiran, yang saat tertidur tetapi pikjran kita masih bergelantungan di mana-mana.
Ini semua hanya sangkaan, yang kebanyakan di antara kita bersikap menyangka begitu saja. Tidak benar-benar memahani dan melihatnya. Karena banyak juga yang berbicara memenuhi langit, tetapi ia sendiri tak benar-benar tahu, bahkan tidak pernah sama sekali bersinggungan.
Namun sangkaan itu terlihat begitu indah dan gebyar sekali. Bahkan kerap mengisi jantung-jantung terdalam masyarakat. Belajar membaca diri sendiri merupakan wilayah refleksi untuk menjawab sangkaan-sangkaan yang muncul dan berkembang di relung-relung kehidupan.
Sayangnya, kita kerap mengafirmasi kondisi dan sangkaan-sangkaan. Hati yang membeku ketika orang lain berbeda, obatnya adalah jiwa yang bersih dan tercerahkan oleh kasih sayang bersama (Arifin, Antoni Ludfi, 2017).
Berdamai dengan sangkaan orang lain adalah kunci kebersihan hati. Apalagi dengan tak menggubrisnya.
0 Komentar